Logikanya, setiap orang akan mencari pasangan yang baik menurut kriterianya. Termasuk aku, aku juga ingin mendapakan pasangan yang baik, yang dapat ku percaya disaat kami berjauhan, yang juga memikirkan ku disaat aku memikirkannya. Menjalani kehidupan dengan tertawa bersama. Tapi kenyataannya, awal yang aku kagumi terus terbang menjauh, memasuki bagian selanjutnya. Aku sadar aku tidak bisa berharap untuk selalu berada dititik yang sama hanya karna aku menyukainya. Lifes go on. We should move on. Even from the thing that we thought its best part.
Cinta
itu bukan soal selalu tertawa berdua, atau jalan berdua dengan scene romantis.
Bukan juga selalu cemburu-cemburuan dan ngambek-ngambekan, apalagi selalu
chattingan setiap saat. Cinta itu luas. Cinta itu kasih sayang. The way you
act, the way you talk, the way you treat others, the way you see, the way you
live. Gak ada dalam sejarahnya ditemukan seorang manusia sempurna yang akan
selalu ada buat kita dan gak bakal bikin kita patah hati. All humans are
heartbreaker. Manusia itu egois, ingin dipuji, ingin dicintai, ingin ditemani,
selalu ingin lebih, gak peka, bodo amat, tamak, nyebelin, dan banyak lagi
sifat-sifat lainnya. Salah, iya salah kalo kita berharap akan ada seseorang
yang sempurna yang mau selalu menemani kita setiap detik tanpa memiliki
kesalahan yang perlu dimaafkan. We need to remember, we all are humans, and so
us. Me, you. Terkadang, sebuah hubungan tanpa sadar membuat kita menjadi
makhluk yang lebih buruk. Bukan membuat kita menjadi makhluk yang lebih baik,
karena kita terlalu sibuk mengoreksi, memata-matai pasangan kita dengan
berbagai kesalahan yang padahal cuman seujung kuku pentingnya.
Aku
juga pernah berada dalam fase itu, iya, semua orang berproses. Kalau kamu punya
pasangan yang selalu ngambek padahal kamu gak merasa salah, mengertilah,
mungkin dia sedang dalam prosesnya dalam menjadi kupu-kupu. Kamu sudah memilih
dia, maka ayomilah dengan sabar, dengan cinta, bukan membalas dengan hal yang
sama tidak menyenangkannya. Dan kalau kamu sedang berada dalam fase kekanak-kanakan
tersebut, sadarlah, berhenti menyakiti dirimu sendiri dan orang lain.
Berpikirlah lebih dewasa, lihatlah lebih jauh, dengarlah lebih banyak, agar
kamu lebih mengerti. Dan kalau kamu dan dia sama, sama-sama menyakiti, sama-sama
kekanak-kanakan, sama-sama tidak membuat satu sama lain menjadi lebih baik,
sama-sama selalu saling curiga, sama-sama selalu berprasangka, pikirkanlah lagi,
siapa yang sedang kamu cintai, dia, atau ego-mu?
Kemaren
setelah melepaskan genggamannya, aku menangis hebat, terasa sakit hingga
nafasku terisak. Tapi pagi ini, aku sadari, aku lega, semua kabut kekhawatiran
itu menghilang, dan rasa sakit itu tidak begitu berarti lagi, hanya tertinggal
embunnya, membuat ku sejuk, pandanganku yang sempit menjadi lebih tajam,
pikiranku yang childish menjadi lebih bijak, membuatku dapat berpikir bahwa
kemarin, bukanlah cinta yang aku bagi, melainkan hanya sebatas keegoisan, ketakutan,
dan hawa nafsu.
Dan
penting untuk menyadari bahwasannya, kita semua tidak selalu benar, kesalahan
yang kita buat kemarin bukan akhir dari segalanya, bukan sesuatu yang harus
selalu diratapi, tapi sesuatu yang perlu dipelajari, agar kedepannya, dapat
menjadi manusia yang lebih baik lagi. To love others, and yourself.
Komentar
Posting Komentar